The Ghost and the Darkness adalah film petualangan sejarah Amerika yang disutradarai oleh Stephen Hopkins. Film yang pertama kali ditayangkan pada tahun 1996 ini naskahnya ditulis oleh William Goldman.
Setelah didistribusikan oleh Paramount Pictures pada tanggal 11 Oktober 1996, filmnya mendapatkan beragam ulasan baik positif atau negatif dari para kritikus. Meskipun begitu, setidaknya film ini cukup sukses di box office dan memenangkan Academy Award untuk Best Sound Editing.
Sinopsis Film The Ghost and the Darkness
Pada tahun 1898, adalah seorang penyandang dana untuk proyek kereta api di Tsavo, Kenya, bernama Sir Robert Beaumont. Suatu hari, ia merasa sangat kesal karena proyeknya tak berjalan lancar sesuai dengan jadwal.
Ia pun mencari beberapa ahli untuk membantunya melancarkan berjalannya proyek tersebut. Salah satunya adalah Letnan Kolonel John Henry Patterson, seorang insinyur militer yang berasal dari Inggris.
Sesampainya di Tsavo, Patterson dikabarkan tentang adanya serangan dari singa yang membuat proyeknya tidak dapat berjalan lancar. Malam itu juga, Patterson berusaha untuk membunuh seekor singa dengan sekali tembakan. Ia pun kemudian dihormati oleh para pekerja proyek.
Apakah kemudian kisahnya hanya sampai di situ saja? Tentu saja tidak! Beberapa hari kemudian, salah satu mandor dalam proyek tersebut yang bernama Mahina, mendadak ditemukan sudah meninggal dunia. Lebih buruk lagi, mayat sang mandor terkoyak seolah sudah dimakan setengah.
Apakah yang akan dilakukan oleh Patterson? Akankah akhirnya ia berhasil memburu singa yang mulai memakan para pekerja satu persatu?
Karakter & Pemeran
- Michael Douglas – Charles Remington
- Val Kilmer – Kolonel John Henry Patterson
- John Kani – Samuel
- Brian McCardie – Angus Starling
- Bernard Hill – David Hawthorne
- Tom Wilkinson – Sir Robert Beaumont
- Emily Mortimer – Helena Patterson
- Om Puri – Abdullah
- Henry Cele – Mahina
Fakta Menarik seputar Film The Ghost and the Darkness
1. Dari Kisah Nyata
Film yang naskahnya ditulis oleh William Goldman ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata. Kisah tersebut dituliskan dalam buku berjudul The Man-Eaters of Tsavo karya Letnan Kolonel John Henry Patterson.
William Goldman sendiri pertama kali mendengar cerita tersebut pada tahun 1984 ketika tengah melakukan perjalanan ke Afrika. Saat itu, ia langsung berpikiran kalau kisah tersebut harus diangkat menjadi sebuah film.
Lima tahun kemudian, ia pun mengajukan cerita tersebut ke Paramount. Untungnya, Paramount langsung menyetujui hal tersebut dan memintanya untuk menuliskan naskahnya. Pada tahun 1990, Goldman berhasil menyelesaikan naskah tersebut dan mengirimkannya ke Paramount.
2. Bukan Di Kenya
Meskipun kisahnya berpusat di Tsavo, Kenya, film ini direkam di Songimvelo Game Reserve di Afrika Selatan. Alasannya karena tersandung undang-undang perpajakan yang ada di Kenya.
